Apa yang dibutuhkan untuk mewujudkan Indonesia Sejahtera dalam semangat jejaring, sumber daya dan pertukaran informasi tentang apa yang telah dikerjakan individu atau komunitas, di luar label “kalangan sendiri” yang mengurung kekristenan dalam gedung gereja?

 Jika pertumbuhan kekristenan (yang cenderung) diukur dengan pertambahan jumlah gereja, asumsi yang muncul adalah pertumbuhan itu  tidak berkorelasi langsung dengan persoalan pengentasan kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia – terutama di Kawasan Timur Indonesia, persoalan kesehatan atau meluasnya akses kepada pelayanan publik, juga menguatnya radikalisme misalnya. Memakai asumsi pertambahan jumlah gereja tidak berkorelasi langsung dengan persoalan-persoalan sosial, yang pada dasarnya juga merupakan factor-faktor pemiskinan, tidak berarti tidak ada pemikiran dan upaya gereja untuk menjadi jawaban bagi persoalan-persoalan bangsa, terkait menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat. Pada beberapa upaya, usaha menghadirkan kesejahteraan itu menawarkan kesempatan kepada mereka yang berada di luar label ‘untuk kalangan sendiri’ untuk terlibat. Upaya-upaya ini bersifat sporadis. Ada intervensi yang berkembang menjadi cerita keberhasilan: terbangun dan menguatnya organisasi di masyarakat yang menghasilkan ketahanan ekonomi, kemampuan mengakses pendidikan dan kesehatan atau layanan publiknya. Tapi tidak sedikit upaya sporadis untuk kesejahteraan bangsa yang dikerjakan oleh gereja, berhenti pada satu titik, meninggalkan monumen. Tidak berkelanjutan.

Situasi ini memberi peluang kepada pihak manapun untuk menjadi fasilitator penguatan jejaring di mana  – melampaui batas kelembagaan formal (baca:gereja), dan area pelayanan, – komunitas maupun individu dapat saling belajar, bertukar informasi. Dalam situasi jejaring yang terbentuk secara formal maupun informal itu sinergitas – dengan pemangku kepentingan seperti pemerintah, komunitas agama lain-, strategi, pendekatan dan metodologi untuk pemberdayaan masyarakat, pengorganisasian komunitas juga advokasi kebijakan dapat terindentifikasi.

Peran sebagai fasilitator, hub pertukaran informasi tentang inisiatif pemberdayaan modal sosial dan ekonomi, politik, seni budaya, yang telah dilakukan oleh beragam bentuk perpanjangan tangan gereja untuk menjadi agen perubahan di masyarakat inilah yang hendak diinisiasi ISRA lewat Festival Pembangun Bangsa.

 

ISRA dan FESTIVAL PEMBANGUN BANGSA

ISRA (Indonesia Sejahtera) adalah movement yang dibangun atas nilai-nilai dan iman kekristenan. ISRA dengan visi menjadi Bangsa Indonesia  yang jaya, makmur  sejahtera seutuhnya dan adidaya lewat:

  • pembangunan dan penguatan jejaring bisnis yang bersinergi, di mana di dalamnya tercakup penyerapan tenaga kerja lokal, pengorganisasian masyarakat
  • memperkuat akses masyarakat kepada berbagai potensi pemberdayaan ekonomi, di dalamnya termasuk ketahanan pangan;
  • memperkuat akses masyarakat kepada layanan pendidikan, kesehatan, atau layanan publik lainnya;
  • membangun pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan formalisasi kebijakan yang berpihak pada kepentingan kesejahteraan Indonesia -,
  • merawat Indonesia yang unik dan beragam lewat beragam inisiatif kreatif

 

Bergerak di ‘gerbang’: spiritual, ekonomi, sosial, pendidikan, politik, media dan hiburan,   ISRA menterjemahkan visi dan misi itu salah satunya dalam inisiasi terbangunya sebuah platform saling belajar, bertukar informasi, serta mengidentifikasi sinergitas, strategi, pendekatan dan metodologi untuk mengatasi persoalan pengentasan kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia, persoalan kesehatan atau minimnya akses masyarakat kepada pelayanan publik, selain melakukan penyesuaian gerak dengan berbagai komunitas lain, mau pun dengan pemerintah lokal terkait area yang digeluti masing-masing anggota dan simpatisan ISRA. Festival Pembangun Bangsa, adalah platform kegiatan untuk mempertemukan para agen perubahan tadi, pembelajaran dari karya dan karsa, inisiatif sporadis yang mereka upayakan untuk kesejahteraan Indonesia.

Tujuan Festival Pembangun Bangsa

  1. Berbagi informasi,
  2. Mengidentifikasi strategi,
  3. Merawat jejaring,
  4. Merencanakan aksi kolektif.

 

Hasil yang Diharapkan

  1. Terbangunnya pengetahuan bersama, dengan sudut pandang beragam tentang pendekatan yang dapat dilakukan lewat pembelajaran yang dibagikan atas isu-isu strategis pembangunan bangsa ekonomi berbasis masyarakat, pendidikan dan kesehatan dan layanan dasar lain serta isu lain terkait generasi;
  2. Merumuskan strategi yang dapat diaplikasi dalam jejaring yang ada maupun secara lokal untuk berkontribusi solusi, serta mempersiapkan generasi untuk isu-isu strategis lokal maupun nasional;
  3. Merencanakan aksi kolektif untuk isu-isu strategis lokal dan nasional

 

Sasaran Kegiatan

Tujuan dan manfaat dari Festival Pembangun Bangsa direncanakan dicapai dengan:

  • Unity’s Night : merawat jejaring, menerima arahan rohani;
  • Lapak Info: area pertukaran informasi dan pengetahuan – dimana peserta dapat membawa materi-materi bantu seperti modul, foto bercerita atau produk pertukaran informasi lainnya;
  • Talkshows: metode penggalian informasi dari narasumber oleh seorang moderator. Setiap sesi talkshow akan terdiri dari 3-4 narasumber, yang berbicara mengenai topik tertentu;
    • Kabar dari komunitas bertujuan mengidentifikasi tantangan dan strategi lokal  tentang insiatif yang dikerjakan ISRA maupun teman-teman di daerah, identifikasi ini dapat digunakan untuk merancang strategi bersama.
    • Idea Worth Spreading (IWS): metode berbagi ide dari sosok inspiratif – dalam waktu 15 menit untuk setiap inspirator
  • Stopping Cue: metode peralihan dari satu sesi ke sesi lainnya;
  • Diskusi Kelompok: Pemetaan-pemetaan pikiran kunci dari sesi-sesi sebelumnya, dibahas dalam kelompok dengan tujuan pengayaan pandangan, pendekatan, strategi terhadap tema terkait.
  • Plenari : Presentasi hasil diskusi kelompok untuk merencanakan aksi kolektif nasional